Senin, 02 Januari 2012

Untuk Ayah Diseluruh Dunia

Tulisan ini disampaikan kepada seluruh ayah di dunia termasuk didalamnya ayah saya sendiri dan juga diri saya yang mudah-mudahan akan segera menunaikan sunnah Rasul untuk menjadi seorang ayah. Harapannya ini dibaca oleh seseorang yang hari ini disebut ayah dan seseorang yang akan menjadi ayah atau bagi semua orang yang sampai saat ini berhubungan dengan ayah atau ia pernah berhubungan dengan seorang yang di sebut ayah.
........
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, sebab Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan harta mereka......(An-Nisa’:34)
Saya yakin semua kita sepakat laki-laki itu lah yang disebut ayah. Saya juga yakin kita semua juga sepakat kalau ayah itulah yang menjadi pemimpin dalam suatu keluarga. Keluargaku, ayah ku yang memimpin. Keluargamu, ayahmu yang menjadi pemimpin dan keluarga dia, ayahnya lah yang memimpin, bukan ayahku juga bukan ayahmu. Atau hari ini aku sudah berkeluarga, maka yang memimpin dalam keluarga itu adalah aku. Atau aku hari ini aku sudah berkeluarga, maka yang menjadi pemimpin dalam keluarga kecilku ini ialah suamiku (kata seorang perempuan yang baru berkeluarga).
Ayah dan pemimpin?
Yang namanya jabatan memang kadang-kadang membuat kita terasa terhormat sehingga kita sombong dan membanggakan diri. Lalu kita bebas melakukan segalanya sesuka kita dan sekehendak hati kita. bebas berbuat apapun dan bebas menentukan apapun. Bebas memberikan kebebasan kepada yang kita pimpin dan bebas memberikan pengekangan dalam bentuk apapun kepada ”rakyat kecil” yang kita pimpin. Itu keliru wahai ayah.
Untuk ayah dan orang-orang yang akan menjadi ayah diseluruh dunia. Jabatan itu bukan atas dasar permintaan kita, bukan pemberian seorang anak dan bukan pemberian seorang istri yang cantik jelita itu. Tetapi jabatan itu merupakan amanah Allah yang Allah berikan sebagai salah satu kelebihan seorang ayah. Maka pertanggungjawabannya pun bukan pada anak, bukan pada orang tua, bukan pada mertua dan juga bukan kepada Istri yang cantik jelita beserta sanak keluarga yang  lain, tetapi pertanggungjawabannya langsung kepada Allah sebagai pemilik alam beserta seluruh isinya .titik
Maka segala bentuk perbuatan dan keputusan yang ayah lakukan semuanya harus bersumber dari tuntunan Allah yang contoh teladannya bisa kita lihat pada ayahnya Fatimah dan saudara-saudaranya yang lain, Muhammad Shallallah ‘Alaihi Wasalam.
Sebenarnya tugas ayah hanya satu, yaitu membawa “rakyat kecil”nya itu menuju syurganya Allah dengan cara apapun atau dengan segala bentuk kebebasan apapun. Meskipun tugas ayah Cuma itu dan didukung dengan jabatan serta kebebasan, cukup banyak fakta hari ini ayah-ayah yang gagal dalam tugasnya. Ayah-ayah yang membiarkan anak-anak dan istrinya menjadi teman dan santapan syaithan terkutuk. Padahal jelas tugas ayah sebagai seorang pemimpin adalah pelindung “rakyat kecilnya” dari syaithan-syaithan itu.
Kesalahan-kesalahan yang hari ini dilakukan seorang anak manusia bisa dikatakan kesalahan ayah, anak durhaka, karena kesalahan ayah, anak merampok, kesalah ayah, anak tidak sekolah, kesalahan ayah, anak tidak pandai membaca Al-Qur’an, kesalahan ayah, anak tidak shalat, kesalahan ayah, anak merokok, kesalahan ayah, anak pacaran, kesalahan ayah, anak bandel, kesalahan ayah, anak suka bohong, kesalahan ayah dan masih banyak lagi hal-hal lain yang anak lakukan karena kesalahan ayah, karena ayahpemimpin, dan pemimpin harus mamp[u menjaga dan memperbaiki semua itu.
Seorang ayah yang bertanggungjawab kepada Allah tentang keluarganya, akan mampu membawa “masyarakatnya” ke syurganya Allah. Hal ini ayah wujudkan dengan menerapkan “Negara islami” dalam keluarganya atau dengan kata lain rumah tangga yang Islami yang didalamnya beranggotakan orang-orang yang berpegang teguh terhadap ketentuan-ketentuan Allah dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Hal ini ayah mulai dengan membentuk dirinya menjadi seorang muslim yang kuat, mulia akhlaknya, berwawasan luas, giat berusaha, selamat akidahnya, benar ibadahnya serta menjaga tata krama Islam dalam segenap kehidupannya. Selanjutnya untuk membentuk suatu keluarga tentunya ayah akan memilih seorang seorang pendamping atau istri yang ideal.
Sabda rasul
Wanita itu dinikahi karena empat unsure utama: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dank arena agamanya. Maka kamu hendaklah memilih wanita yang beragama, agar kamu berbahagia. (H.R.Bukhari)
Firman Allah :
“Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat dan yang berpuasa.” (At-Tahrim : 5).
Rasulullah menganjurkan kepada ayah untuk memilih seseorang pendamping dengan 4 kriteria, namun sangat dianjurkan pada poin ke 4, yaitu karena agamanya. Agama yang dimaksud disini bukan hanya ia harus beragama Islam tetapi mencakup hal-hal lain yang kemudian pendamping tersebut dikatakan sebagai seorang pendamping ideal. Yaitu sebagai mana yang Allah jelaskan dengan Firmannya  Q.S. At-tahrim: 5, yaitu seorang yang lebih baik darinya, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat dan yang berpuasa.”
........
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan ahli warismu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At-tahrim: 6)
Setelah itu ayah di wajibkan membimbing “negera kecilnya” itu sesuai tuntunan syariat. Disana ada istri dan anak-anaknya sebagai rakyat yang mesti di pertanggungjawabkan kepada sang khalik. Dalam tahap ini tugas ayah akan dibantu oleh sang istri yang cantik jelita itu, mereka akan membimbing anak-anaknya untuk mengikuti dan mencintai Islam, mendidik anak-anaknya untuk beriman dan membiasakan mereka dengan melaksanakan ibadah secara disiplin. Sehingga sang anak tersebut mampu menjadi individu baru yang lebih baik dari mereka yang selanjutnya juga akan melanjutkan risalah seperti yang mereka lakukan. Dengan demikian kesinambungan Islam akan dapat dipastikan terjadi, dan tugas ayah untuk membawa “Negara kecilnya” ke syurga akan mampu terlaksanakan dengan sukses.
Setelah itu semua, maka ada kewajiban lain yang mestinya juga tidak dinomor duakan bagi kita, baik itu ayah, ibu atau anak-anaknya, yaitu “memperluas daerah kekuasaan”. Yang dimaksud disini iayalah setelah keluarga Islami itu terbentuk maka selanjutnya harus berusaha untuk mewujudkan masyarakat yang Islami dan seterusnya, dan seterusnya.
Firman Allah
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (Q.S. Ash-Shaff: 10-13).
.........
Sangat indah ucapan seorang istri kepada sang ayah yang hendah keluar rumahnya dipagi hari.
Bertawakkallah kepada Allah dalam urusan kami, janganlah kanda memberi kami makan kecuali yang halal dan baik1.
........
Referensi:
Membina Angkatan Mujahid (Sa’id Hawwa) dan Fiqh dakwah (Syaikh Mustafa Mansyur)
­­­­­­­
1) fiqh dakwah, hal 120

0 komentar: