Akhlak

Ibaratkan AKHLAK itu ialah kopi dan manusia dibaratkan sebuah gelas, maka ketika gelas diisi dengan kopi jadilah ia "segelas kopi" dan jika diisi dengan racun, jadilah ia "segelas racun". Begitu juga dengan manusia, jika diisi dengan akhlak yang mulia, maka jadilah ia seorang yang mulia, begitu juga sebaliknya.

Berbagi Itu Indah, Berbagi itu GUE BANGET

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui(Q.S.At-Taubah:103).

Jalan Dakwah

Jalan ini bukanlah jalan yang ditaburi bunga-bunga harum, bukan jalan yang mudah ditempuh. Namun, jalan ini adalah jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang tidak semua orang bisa menikmatinya dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keistiqamahan.

Ya', Ini Kebutuhan bukan Keterpaksaan

Dan tersenyumlah dengan perjuangan hari Ini, Hari esok akan lebih cerah, PASTI!!!

UKMI Ar-Rahman Unimed

Tempat menempa jiwa, memulai perubahan dan siap menggenggam peradaban untuk hidup umat manusia yang lebih baik. Ini mimpiku kawan!

Sabtu, 31 Desember 2011

Ber-Tahun Baru

Saatnya menanti malam pergantian tahun, mungkin begitulah kata-kata yang ada dalam benak kita menjelang malam pergantian tahun ini.
Seperti hal nya seorang teman saya yang mengajak saya malam ini untuk sekedar keliling-keliling melihat kemeriahan tahun baru di kota medan, menyaksikan perayaan-perayaan besar yang tentunya begitu meriah.

Memang perayaan itu begitu meriah dan begitu menggoda untuk di tonton, namun satu hal yang juga pasti akan ada disana yaitu sebuah kemaksiatan. apapun ceritanya, jika sudah ada perkumpulan yang di buka secara umum atau pesta dan perayaan yang dahsyat, pasti akan ada budaya-budaya yahudi yang akan menghiasinya.
Apakah kita harus kesana?
Apakah kita harus bergabung dengan perayaan itu?

Firman Allah :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

Ayat diatas menjelaskan kepada kita untuk menahan diri kita dari kemaksiatan, meskipun hanya sebuah pandangan kepada lawan jenis.
Bisa dibayangkan di perayaan malam tahun baru, pasti akan banyak nampak "iblis-iblis" hidup yang gentayangan yang tentunya cukup untuk "mencuci mata".
Tapi apakah mata akan suci dengan menggunakan air maksiat?



Semua ada pada diri kita kawan, mau bergabung dengan kemaksiatan atau kita akan tetap dirumah menikmati tahun baru dengan tidur nyenyak di rumah.
Seorang yang cerdas, juga akan cerdas memilih tempat yang baik di malam tahun baru yang akan hadir sebentar lagi.

Bagaimana kita menyikapai tahun baru?
Dari berbagai macam persiapan dan berbagai macam rencana yang telah mereka lakukan tidaklah banyak manfaat yang bisa diambil dari perayaan tahun baru tersebut. Dari hasil pesta perayaan tahun baru tersebut yang tampak hanyalah sampah-sampah yang berserakan di jalan-jalan dan macetnya lalu lintas yang tak terkendalikan setelah selang beberapa jam kemudian. Bukankah ini menunjukkan bahwa peristiwa pergantian tahun hanya merupakan fenomena sesaat yang memberikan kenikmatan dalam hitungan menit. Itulah sebabnya orang secara tidak sadar telah menghamburkan sekian banyak uang untuk menikmati perpindahan tahun tersebut. Bukan Tahun Barunya yang penting, tetapi bagaimana setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki tahun baru.
Di balik perayaan malam pergantian tahun baru yang cukup meriah dari tahun ke tahun, sebenarnya ada makna yang bisa diambil dari pergantian tahun itu. Makna yang terkandung adalah, kita harus introspeksi diri kita di tahun sebelumnya dan menentukan visi dan misi yang akan dicapai pada tahun yang baru ini. Pasti kita masih ingat kejadian-kejadian atau peristiwa yang kita alami di tahun sebelumnya, dari mulai peristiwa atau kejadian yang menyenangkan, menyedihkan, menjengkelkan atau bahkan yang memalukan sekalipun. Hal-hal itulah yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran di tahun-tahun berikutnya agar kita bisa menjadi seseorang yang lebih dewasa, karena pengalaman atau setiap peristiwa yang kita alami setiap hari merupakan pelajaran kehidupan yang sangat berharga.
Tahun Baru berarti memiliki cara pandang yang baru dan suci dalam upaya dan usaha memperoleh sesuatu yang baru. Tahun Baru juga berarti mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih jenjang karier yang baru. Jangan sampai seperti seorang pembelah kayu yang terus menerus menyia-nyiakan waktu dan tenaganya untuk membelah kayu dengan kapak tumpul, karena tidak punya cukup waktu untuk berhenti dan mengasah kapak itu.
Sebagai manusia yang memiliki akal sehat tentunya kita harus bisa merubah cara berpikir dan berperilakunya yang keliru dengan cara melejitkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal dalam bingkai keimanan dan ketaqwaan, menebarkan kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang mungkar yang merugikan manusia lainnya. Kita akan dianggap kelompok orang yang beriman jika dalam setiap gerak kita aksi kita selalu bertaburan kebaikan dan sepi dari kemungkaran. Kesadaran untuk menjadi mukmin secara hakiki akan mengantarkan kita kepada pola pikir dan aksi yang positif, mendorong kita untuk melakukan kerja besar dan menghindarkan kita dari perbuatan/pekerjaan yang sia-sia.
Oleh karena itu kita harus mulai dari diri kita (ibda’ binafsik) selanjutnya kesadaran individu harus bermetamorfosis menjadi kesadaran kolektif, menjadi kesadaran umat, sehingga kita mampu menempatkan diri pada tempat yang seharusnya. Kita harus menjadi umat yang mulia dan bukan menjadi hina. Dari sinilah kita bisa menemukan jati diri yang sesungguhnya tentang makna kehidupan dan arti hidup sehingga hidup ini dapat memberi manfaat bagi semua di dalam memperingati tahun.

Selasa, 27 Desember 2011

Kenapa Kita Pergi?

Saya pergi karena ketidak adilan
Saya pergi karena seorang yang TOP di wajiha telah banyak mengecewakan saya
Saya merasa digunakan ketika mereka butuh, dan ditinggal ketika mereka tidak butuh
Saya tidak suka dengan mereka karena tidak sepaham dengan saya
Saya malu untuk bersama mereka karena saya sudah lama gak aktif
Saya ingin focus ke kuliah
Murabbi saya tidak lebih hebat dari saya
Karena sudah lama saya tidak aktif akibat PPL
Karena saya malu sebab saya sudah pacaran
Saya telah memilih pergi, mudah-mudahan ini yang terbaik
Hemmt, itu beberapa alasan kenapa seseorang harus meninggalkan jamaah ini bahkan kalau kita pikir-pikir banyak lagi alasan lain untuk pergi. Kalau kita mencari alasan, maka alasan itu pasti ada, tinggal bagaimana kita memilih alasan mana yang tepat untuk pergi.
Terkadang rasa malu membuat kita berat untuk melanjutkan perjuangan bersama, terkadang rasa sakit hati karena merasa di hina dengan tidak diikutkan agenda tertentu membuat kita berontak akan jamaah, terkadang sakit hati karena merasa tidak layak hanya menjadi jundi di kepengurusan membuat kita buta akan pentingnya ketsiqohan, terkadang rasa kecewa dengan seseorang yang sering menunjukkan sikap yang mengecewakan membuat kita berpikiran sempit seakan tidak ada kesempatan bagi kita didalam jamaah, terkadang rasa ingin dihargai membuat kita putus asa ketika usaha kita hanya berbuah penghargaan untuk orang lain.

Datang, Pergi dan Bertahan

Kenapa hari ini kita datang dan kenpa hari ini kita pergi serta kenapa hari ini kita bertahan adalah sebuah pilihan kita, sebuah jalan hidup yang kita pilih.
Ada banyak yang datang dengan perasaan semangat, ada banyak yang datang dengan perasaan ingin mengetahui, adanya banyak yang datang karena kekaguman dan ada banyak yang datang karena ingin bersama orang-orang yang telah memberinya kesan yang begitu menakjubkan.
Ada banyak yang pergi karena mereka tidak menemukan perubahan, ada banyak yang pergi kerena tidak mendapatkan keadilan, ada banyak yang pergi karena bertentangan dengan apa yang ia pahami, ada banyak yang pergi karena merasa di zolimi dan ada banyak yang pergi karena rasa malu setelah tidak mampu istiqomah.
Ada banyak yang bertahan dengan kesabaran, ada banyak yang bertahan karena perubahan, ada banyak yang bertahan karena kepuasan, ada banyak yang bertahan karena kekuatan ukhuwah, ada banyak yang bertahan Karena amanah, ada banyak yang bertahan karena kesadaran dan keyakinan akan apa yang ia jalani dan ada banyak yang bertahan karena harapan kemenangan yang pasti akan nyata.
Semua alasan diatas ialah sesuatu yang telah Allah rencanakan dan merupakan sesuatu yang mesti kita pahami dan yakini. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak merubahnya. Berangkat dari sana semua pilihan ada pada kita, apakah kita akan datang, kita pergi atau kita bertahan.
Satu hal, jika memang keberadaan kita sama sekali tidak ada perubahan kearah yang lebih baik bagi diri kita dan juga orang lain, maka carilah yang lebih baik lagi selain apa yang kita dapatkan hari ini. Jika keberadaan kita hari ini sesuatu hal yang tepat, maka jalanilah dengan sempurna kedalamnya, bertahanlah, istiqomahlah dan yakinlah inilah kebenaran, inilah jalan menuju kemengan.

Hanzallah Bin Amir


Hanzallah Bin Amir Pejuangan Islam yang Dimandikan Malaikat

(Pejuang Islam yang Dimandikan Malaikat)
Kenikmatan dunia tidak sebanding nikmatnya menghadap sang Khalik dalam keadaan syahid. Begitulah prinsip yang dipegang oleh salah seorang sahabat Rosulullah SAW, Hanzhalah Bin Abu Amir
Qatadah menceritakan bahwa pada perang Uhud, Rasulullah SAW. berkata, ` Hanzhalah akan dimandikan oleh malaikat.” Maka para sahabat bertanya kepada keluarga Hanzhalah, “Apa yang terjadi dengannya?” Qatadah juga bertanya kepada istri Hanzhalah, lalu ia menjawab, “Ketika terdengar seruan perang Uhud, Hanzhalah segera pergi untuk berjihad padahal sedang berhadas besar.” Rasulullah SAW. berkata, “Karena itulah ia akan dimandikan malaikat.” (HR Ibnu Ishaq dari Ashim bin `Umar bin Qatadah)
Dalam kisah lain, Urwah bercerita, “Aku benar-benar melihat malaikat sedang memandikan Hanzhalah di antara langit dan bumi dengan air dari awan dalam sebuah tempat besar terbuat dari perak.” Abu Asid al-Sa`idi lalu berkata, “Kami pergi melihat Hamzah, kepalanya meneteskan air.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ibnu Sa’ad dari Hisyam bin Urwah)
Dalam Perang Uhud, Hanzhalah adalah salah satu yang berada di dekat Rasulullah, untuk membelanya dari serangan kaum kafir yang berbalik menguasai medan pertempuran karena kelalaian kaum muslimin. Ketika itu Hanzhalah bertempur satu lawan satu melawan Abu Sufyan bin Harb, pimpinan kaum musyrikin. Hanzhalah meloncat ke Abu Sufyan dan memukul urat kering kuda Abu Sufyan. Abu Sufyan terjatuh ke tanah. Hanzhalah ingin membunuhnya. Akan tetapi, seorang musyrikin, Syaddad bin Syaub melihatnya dan menebas Hanzhalah dengan pedangnya. Hanzhalah jatuh dan syahid ketika melindungi Rasulullah.
Usai perang, Rasulullah memeriksa para syuhada. Alangkah terkejutnya Rasulullah, ketika melewati mayat Hanzhalah. Rasulullah melihat para malaikat sedang memandikan Hanzhalah. Ketika para sahabat bertanya kepada isterinya Hanzhalah, beliau berkata: “penyeru jihad membuatnya tergesa dari bersuci dan dia pergi ke medan perang dalam keadaan junub.”
Dia adalah Hanzhalah bin Abu Amir bin Shaifi bin Malik bin Umayyah bin Dhabiâ bin Zaid bin Uaf bin Amru bin Auf bin Malik al-Aus al-Anshory al-Ausy, Demikianlah Hanzhalah, sahabat yang mulia, syahid dan mendapat keistimewaan dimandikan para malaikat.
Hanzhalah bin Abu Amir adalah anak pemimpin suku Aus yang terbilang kaya di Yastrib (Madinah) pada masa menjelang hijrahnya Nabi Muhammad ke sana. Ayahnya, Abu Amir bin Shaify, orang yang sangat benci kepada Islam. Pada zaman jahiliyah, dia mendapat julukan Abu Amir Sang Pendeta,tetapi julukan itu berbalik menjadi Abu Amir lelaki Fasik ketika Yastrib sudah dikuasai oleh kaum muslim.
Hanzhalah menikah pada suatu malam yang besok paginya terjadi perang di Uhud. Hanzhalah minta izin kepada Nabi SAW untuk bermalam bersama isterinya. Sementara dia sendiri tidak tahu dengan pasti apakah malam itu malam pertemuan atau justru malam perpisahan. Nabi Muhammad SAWmemberinya ijin untuk menginap malam itu bersama isterinya.
Manis macam apakah yang ada pada malam itu ? Rahasia apa yang dipendam hari itu dari Hanzhalah? Bersamaan dengan menyembulnya fajar pertama terdengar gemuruh perang, terdengar seorang menyeru dan mengumumkan jihad. Beberapa saat dia timbang-timbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan Akhirat Akhirnya dia memilih akhirat demi kenikmatannya. Untuk kemudian menyongsong panggilan jihad dan meninggalkan dunia dengan segala isinya.
Saat Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Pada masa jahiliyah ayahnya dikenal sebagai seorang pendeta, namanya Amru. Suatu hari ayahnya ditanya mengenai kedatangan Nabi dan sifatnya hingga ketika datang, orang-orang dengan mudahnya dapat mengenalnya. Ayahnya pun menyebutkan apa yang ditanyakan. Bahkan secara terang-terangan dirinya akan beriman dengan kenabian itu. Ketika Allah turunkan Islam di jazirah Arab untuk menuntun jalan kebenaran melalui nabi terakhir. Justru dirinya mengingkarinya. Bahkan dirinya hasud dengan kenabian Muhammad. Tak lama kemudian Allah bukakan hati anaknya, Hanzhalah untuk menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah. Sejak itulah jiwa dan raganya untuk perjuangan Islam.
Kebencian ayahnya terhadap Rasulullah membuat darahnya naik turun. Bahkan meminta izin Rasulullah untuk membunuhnya. Tapi Rasulullah tidak mengizinkan. Sejak itulah keyakinan akan kebenaran ajaran Islam semakin menancap di relung hatinya. Seluruh waktunya digunakan untuk menimba ilmu dari Rasulullah.
Kenikmatan dunia tidak sebanding nikmatnya menghadap sang Khalik dalam keaaan syahid. Begitulah prinsip yang dipegang oleh salah seorang sahabat Rosulullah SAW, Hanzhalah Bin Abu Amir. Ia pemuda sedehana. Namun berkat ajaran suci Rasulullah SAW, juga latar belakangnya yang bersahaja, ia pun tumbuh menjadi sosok yang tidak pernah minder, dan gampang putus asa. Ia tak pernah merasa gentar kala harus membela kebenaran risalah suci yang dibawa Nabi SAW.
Di tengah kesibukkannya mengikuti dakwah Rasulullah yang penuh dinamika, tak terasa usia telah menghantarkannya untuk memasuki fase kehidupan berumah tangga. Disamping untuk melakukan regenerasi, tentu ada nikmat karunia Allah yang tak mungkin terlewatkan.
Hanzhalah menikahi Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, anak sahabat bapaknya. Mertuanya itu dikenal sebagai tokoh munafik, menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan. Dia berpura-pura membela Nabi SAW dalam Perang Uhud; namun ketika rombongan pasukan muslim bergerak ke medan laga, ia menarik diri bersama orang-orangnya, kembali ke Madinah.
Sementara itu Madinah dalam keadaan siaga penuh. Kaum muslimin sudah mencium gelagat dan gerak-gerik rencana penyerangan oleh pasukan Abu Shufyan. Situasi Madinah sangat genting. Namun walau dalam situasi seperti itu, Hanzhalah dengan tenang hati dan penuh keyakinan akan melangsungkan pernikahannya. Sungguh tindakannya itu merupakan gambaran sosok yang senantiassa tenang menghadapi berbagai macam keadaan.
Mereka memang baru saja menjalin sebuah ikatan. Memadu segala rasa dari dua lautan jiwa. Berjanji, menjaga bahtera tak akan karam walau kelak badai garang menghadang. Kini, dunia seakan menjadi milik berdua. Malam pertama yang selalu panjang bagi setiap mempelai dilalui dengan penuh mesra. Tak diharapkannya pagi segera menjelang. Segala gemuruh hasrat tertumpah. Sebab, sesuatu yang haram telah menjadi halal.
Pemuda yang belum lama menikmati indahnya malam pertama itu tersentak. Jiwanya sontak terbakar karena ghirah. Suara itu terdengar sangat tajam menusuk telinganya dan terasa menghunjam dalam di dadanya. Suara itu seolah-olah irama surgawi yang lama dinanti. Hanzalah harus mengeluarkan keputusan dengan cepat. Bersama dengan hembusan angin fajar pertama, Hanzhalah pun segera melepaskan pelukan diri dari sang istri.
Dia segera menghambur keluar, dia tidak menunda lagi keberangkatannya, supaya ia bisa mandi terlebih dahulu. Istrinya meneguhkan tekadnya untuk keluar menyambut seruan jihad sambil memohon kepada Allah agar suaminya diberi anugerah salah satu dari dua kebaikan, menang atau mati syahid,
Dia berangkat diiringi deraian air mata kekasih yang dicintainya. Ia berangkat dengan kerinduan mengisi relung hatinya. Kerinduan saat-saat pertama yang sebelumnya sangat dinantikannya, saat mereka berdua terikat dalam jalinan suci. Namun semua itu berlalu bagaikan mimpi. Hanzalahpun akhirnya berangkat menuju medan laga untuk memenangkan cinta yang lebih besar atas segalanya. Bahkan untuk meraih kemenangan atas dirinya sendiri.
Kenikmatan yang bagai tuangan anggur memabukkan tak akan membuatnya terlena. Sehingga, iringan doalah yang mengantar kepergiannya ke medan jihad. Dia bergegas mengambil peralatan perang yang memang telah lama dipersiapkan. Baju perang membalut badan, sebilah pedang terselip dipinggang. Siap bergabung dengan pasukan yang dipimpin Rasulullah SAW.
Berperang bersama Hamzah, Abu Dujanah, Zubayr, Muhajirin dan Anshar yang terus berperang dengan yel-yel, seolah tak ada lagi yang bisa menahan mereka. Bulu-bulu putih pakaian Ali, surban merah Abu Dujanah, surban kuning Zubayr, surban hijau Hubab, melambai-lambai bagaikan bendera kemenangan, memberi kekuatan bagi barisan di belakangnya.
Tubuh Hanzhalah yang perkasa serta merta langsung berada di atas punggung kuda. Sambil membenahi posisinya di punggung kuda, tali kekang ditarik dan kuda melesat secepat kilat menuju barisan perang yang tengah bekecamuk. Tangannya yang kekar memainkan pedang dengan gerakan menebas dan menghentak, menimbulkan efek bak hempasan angin puting beliung.
Musuh datang bergulung. Merimbas-rimbas. Tak gentar, ia justru merangsek ke depan. Menyibak. Menerjang kecamuk perang. Nafasnya tersengal. Torehan luka di badan sudah tak terbilang. Tujuan utama ingin berhadapan dengan komandan pasukan lawan. Serang! Musuhpun bergelimpangan.
Takbir bersahut-sahutan. Lantang membahana bagai halilintar. Berdentam. Mendesak-desak ke segenap penjuru langit. Hanzhalah terus melabrak. Terjangannya dahsyat laksana badai. Pedangnya berkelebat. Suaranya melenting-lenting. Kilap mengintai. Deras menebas. Berkali-kali orang Quraisy yang masih berkutat dalam lembah jahiliyah itu mati terbunuh di tangannya.
Sementara itu, dari kejauhan Abu Sufyan melihat lelaki yang gesit itu. Dia ingin sekali mendekat dan membunuhnya, tetapi nyalinya belum juga cukup untuk membalaskan dendam kepada pembunuh anaknya di perang Badar itu. Situasi berbalik, kali ini giliran Hanzhalah mendekati Abu Sufyan ketika teman-temannya justru melarikan diri ketakutan. Abu Sufyan terpaksa melayaninya dalam duel satu lawan satu. Abu Sufyan terjatuh dari kudanya. Wajahnya pucat, ketakutan.Pedang Hanzhalah yang berkilauan siap merobek lehernya. Dalam hitungan detik, nyawanya akan melayang. Tapi, dalam suasana genting itu, Abu Sufyan berteriak minta tolong, Hai orang-orang Quraisy, tolong aku.Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Syadad bin Al-Aswad yang memang sudah disiagakan untuk menghabisi Hanzhalah, berhasil menelikung gerakan hanzhalah dan menebas tengkuknya dari belakang. Tubuh yang gagah dan tegap itu jatuh berdebum ke tanah, Para sahabat yang berada di sekitar dirinya mencoba untuk memberi pertolongan, namun langkah mereka terhenti.
Lantas orang-orang Quraisy di sekitarnya tanpa ampun mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah, dari kiri, kanan, dan belakang, sehingga Hanzhalah tersungkur. Dalam kondisi yang sudah parah, darah mengalir begitu deras dari tubuhnya, ia masih dihujani dengan lemparan tombak dari berbagai penjuru.Tak lama kecamuk perang surut. Sepi memagut. Mendekap perih di banyak potongan tubuh yang tercerabut. Ia syahid di medan Uhud. Di sebuah gundukan tanah yang tampak masih basah, jasadnya terbujur.
Semburat cahaya terang dari langit membungkus jenazah Hanzhalah dan mengangkatnya ke angkasa setinggi rata-rata air mata memandang. Juga tejadi hujan lokal dan tubuhnya terbolak-balik seperti ada sesuatu yang hendak diratakan oleh air ke sekujur tubuh Hanzhalah. Bayang-bayang putih juga berkelebat mengiringi tetesan air hujan. Hujan mereda, cahaya terang padam diiringi kepergian bayang-bayang putih ke langit dan tubuh Hanzhalah kembali terjatuh dengan perlahan.
Subhanallah! Padahal sedari tadi hujan tak pernah turun mengguyur, setetes-pun. Para sahabat yang menyaksikan tak urung heran. Para sahabat kemudian membawa jenazah yang basah kuyup itu ke hadapan Rasulullah saw dan menceritakan tentang peristiwa yang mereka saksikan. Rasulullah meminta agar seseorang segera memanggil istri Hanzhalah. Begitu wanita yang dimaksud tiba di hadapan Rasul, beliau menceritakan begini dan begini tentang Hanzhalah dan bertanya: Apa yang telah dilakukan Hanzhalah sebelum kepergiannya ke medan perang? Wanita itu tertunduk. Rona pipinya memerah, dengan senyum tipis ia berkata: Hanzhalah pergi dalam keadaan junub dan belum sempat mandi ya Rasulullah!
Rasulullah kemudian berkata kepada yang hadir. Ketahuilah oleh kalian. Bahwasannya jenazah Hanzhalah telah dimandikan oleh para malaikat. Bayang-bayang putih itu adalah istri-istrinya dari kalangan bidadari yang datang menjemputnya.Dengan malu-malu mereka (para bidadari) berkata; Wahai Hanzhalah, wahai suami kami. Lama kami telah menunggu pertemuan ini. Mari kita keperaduan.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(QS 61:10-12).
Hanzhalah bin Abu Amir kemudian dikenal dengan sebutan “Ghoisulmalaikat”    (orang yang dimandikan para malaikat). Selamat wahai anda Hanzhalah anda telah mendapat surga orang-orang Aus, Suku Hanzhalah sangat bangga dengannya karena dari suku mereka ada yang dimandikan Malaikat Sesungguhnya Hanzhalah akan tetap menjadi kebanggaan dan terpatri dalam dada kaum muslimin bukan hanya untuk Aus saja! Semoga Allah ridha terhadap Hanzhalah bin Abi Amir Radiallahuanhu..
Beruntunglah Hanzhalah, syuhada yang telah dimandikan oleh para malaikat. Dia memperoleh kedudukan yang tinggi di haribaan Allah SWT. Itulah sebaik-baik tempat yang tidak semua orang mampu meraihnya. Nabi Bersabda, “Allah SWT berfirman: Tiada balasan bagi hamba-Ku yang berserah diri saat Aku mengambil sesuatu yang dikasihinya di dunia, melainkan surga.” (HR Bukhari)

Hakikat Tauhid Dan Fenomena Kemusyrikan-Dr. Yusur Qardhawy

Bagian I : Kedudukan Tauhid Dalam Islam
A.      Iman Kepada Allah SWT Dasar Seluruh Akidah
Al-Qur’an Menempatkan Iman kepada Allah dasar atau pangkal, dan setiap rukun akidah yang lainnya bersandar kepadanya dan mengikutinya. (Qs.Al-Baqarah: 285 & 177) (An-Nisa’: 136)
Beriman kepada Allah mencakup :
1.       Beriman kepada Wujudullah
2.       Beriman kepada kesaan-Nya.
B.      Tauhid, Esensi Islam
Yang di tekan dalam islam ialah mengenai aqidah, dimana banyak orang yang tersesat didalam hal ini.  Aqidah itu ialah aqidah Tauhid yang merupakan inti dari seluruh aqidah Islam. Yaitu beriman kepada adanya satu dzat yang berhak disembah, pemilik tunggal, hak penciptaan dan perintah.
C.      Dalil-Dalil tentang Wahdaniyatullah
Dalil Fitrah, Aqli dan Naqli
D.      Tauhid Inti Iman Kepada Allah
Tidak adanya tauhid yang benar akan mengakibatkan kekafiran, kemusyrikan, kotoran, kepalsuan, kezaliman yang besar, dan kesesatan yang nyata.
Beberapa Konsep Tauhid Yang Sesat
Yaitu : (1) Tauhid filosof (Pengingkaran terhadap zat dan sifat Allah), (2) tauhid wihdatul wujud (Allah adalah wujud dari segala sesuatu yg ada:batu,berhala,dll), (3) tauhid mu’tazilah (Mengingkari kadar,kehendak dan kekuasaan Allah), (4) tauhid Jabriyyah (5) tauhid nasrani (Trinitas: bapak,anak,ruh qudus).
Bagian II tauhid Yang Diperintahkan Islam
1.       I’tiqodi’ilmi (keyakinan Ilmiyyah)/rububiyyah
Keyakinan bahwa Allah adalah Rabb seluruh langit dan bumi, tidak ada sekutu baginya dan segala sesuatu itu dari-Nya.
Qs: 112, awal surat ke 3, 20,32,57,akhir surat 59,dll.
2.       ‘Amali Suluki (amal dan perilaku/ilahiyyah/uluhiyyah
Mengesakan Allah dalam beribadah, tunduk dan taat secara mutlak. Tidak disembah selain Allah, tidak satupun dilangit dan di bumi disekutukan dengan-Nya.
Qs: 109, beberapa ayat dari surat ke 6, awal surat ke 7 dan 10, akhir surat ke 7.
Bagian III Ibadah
Puncak ketundukan yang dibarengi puncak cinta.
Bentuk dan macam-macam ibadah:
1.       Do’a
Meminta sesuatu yang bermamfaat kepada Allah Sabda Rasul “Do’a adalah ibadah”(HR. Tirmidzi).
2.       Menegakkan Syi’ar Agama
Syi’ar agama seperti shalat, puasa, shadaqah, haji, dll. Yang semuanya tidak boleh dinampakkan kapada selain Allah.
3.       Tunduk dan Patuh Kepada Syariat Allah.
Bagian IV Urgensi Tauhid Uluhiyyah
Tauhid ini paling penting dan Agung, sebab:
ü  Sebagian besar menjati perhatian para Rasul
ü  Yang pertama ditangkap oleh pemahaman manusia pada saat kalimat tauhid di ucapkan.
ü  Allah mengutus Rasul dan menurun kitab-kitab-Nya untuk membawa tauhid ini.
ü  Untuk menegakkan Tauhid ini Allah menampakkan kekuasaan-Nya kepada manusia.
ü  Karena Tauhid ini, maka ada: Hari kiamat, pembagian catatan amal, pembagian amal, surga dan neraka.
A.      La Ilaha Illallah, Lambang Tauhid Uluhiyyah
Tiada Tuhan selain Allah, Inilah lambing yang menjelaskan hakikat tauhid dalam bentuk kalimat ringkas. Kalimat itu dinamamakan, Kalimat Tauhid, ikhlas dan taqwa.
Kalimat ini mengandung (1) penafian (peniadaan) ketuhanan pada apa selain Allah. (2) Itsbat (penetapan) ketuhanan untuk Allah semana, sebab Dia-lah tuhan yang Haq.(Qs.Al-Haj:620
B.      Tauhid, Tugas Utama para rasul
Tugas pertama para Rasul.
(1)Seruan Untuk Beribadah kepada Allah. (2)Seruan untuk menjauhi toghut.
Qs. An-Nahl:36, Al’araf:59, Hud:25-26, Almaidah:72.
Dakwah Nabi Muhammad saw kepada tauhid dan menjauhi toghut tampak jelas pada Al-Qur’an dan Sunnah serta syiar-syiar, adab dan akhlak Islam.
C.      Tauhid Syiar islam
Syia’ar Islam terwujud dalam syahadatain.
D.      Tauhid Hak Allah Atas hambanya
Sabda Rasul:
“Dari Mu’adz ra, ia berkata ; saya membonceng Rasulullah saw diatas keledai yang bernama ‘Ufair, lalu beliau bersabda : “Hai Mu’adz! Tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah?

Aku menjawab: “ Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Nabi saw bersabda: “Hak Allah atas hamba adalah, hendaknya mereka menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, sedangkan hak hamba atas Allah adalah: Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya”……….(Muttafaq’alaih)
E.       Tauhid, Risalah Dalam Kehidupan Muslim
Qs. Adz-Dzariat: 56-57)

F.       Tauhid Risalah Umat Islam Kepada Umat lain
Yaitu menyeru umat lain untuk menyembah Allah semata. Qs. Ali Imran: 64
Bagian V Bagaimana Merealisasikan Tauhid
1.       Memurnikan Ibadah Kepada Allah Semata
a.       Tidak mencari Tuhan selain Allah (Qs.Al-An’am 164)
b.      Tidak menjadikan selain Allah sebagai wali (kekasih), yang dicintainya sebagimana Allah (Qs.Al-An’am:14)
c.       Tidak mencari hakim selain Allah, yang ditaati sebagaimana ia taat kepada Allah (Qs.Al-An’am:114)
2.       Kufur Kepada Toghut
Qs. Al-Baqarah : 256
3.       Menghindari Kemusyrikan dan berhati-hati dengannya
Bagian VI Syirik
ü  Syirik besar Mengakibatkan Tertolaknya Amal (Qs. Al-Kahfi 110)
ü  Dosa yang tidak Terampuni (Qs.Annisa’: 48 dan 116)
ü  Diharamkan syurga Baginya (Qs. Al-Maidah: 72)
Syirik dibagi 2; Besar (tidak diampuni Allah) dan Kecil (Dosa besar).
a.       Syirik Akbar;
1.       Jelas dan Terang (zhahirun jaliyyun) yaitu menyembah tuhan selain Allah
2.       Tersembunyi dan Tersamar (bathinun khafiyyun) seperti berdoa dan meminta pertolongan sama kpd yang mati, menjadikan selain Allah sebagai pemilik Hak membuat syari’at.
b.      Syirik Kecil;
Bersumpah dengan selain Allah, memakai gelang dan benang penangkal, memakai jimat, Ruqyah (mantera dan Jampi), Sihir, Tanjim (Ramalan Perbintangan) Termasuk Sihir, Tiwalah (pelet),  Perdukunan dan ramalan, Bernazar untuk selain Allah, menyembelih untu selain Allah, Thiyarah (berperasan Sial Karena Melihat, Mendengar atau Bertemu sesuatu)
Bagian VII Islam Menutup Pintu-Pintu Kemusyrikan
Diantara pintu-pintu itu adalah.
1.       Ghuluw (berlebihan) dalam mengagungkan Nabi
2.       Ghuluw terhadap orang-orang saleh.
3.       Mengagungkan Kuburan
Menjadikan kuburan sebagai mesjid, shalat menghadap kuburan (jangan menjadikan kuburan berada di posisi kiblat), member penerangan di kuburan, membangun dan mengecat kuburan, menulisi kuburan, meninggikan kuburan, menjadikan kuburan sebagai perayaan.
4.       Meminta berkah kepada pepohonan, bebatuan dan semacamnya
5.       Kata-kata yang mengesankan Syirik
a.       Perkataan, apa yang dikehendaki Allah dan yang dikehendaki fulan/ dengan nama Allah dan nama amir(penguasa), atau dengan nama rakyat.
b.      Perkataan, kalau saja bukan karena kehendak Alla dan fulan/ saya berpegang kepada Allah dan kepadamu.
c.       Memberi nama dengan nama Allah atau dengan nama yang tidak layak, kecuali hanya untuk Allah
d.      Menamakan anak dengan nama Abd (hamba) selain Allah; seperti Abdul Ka’bah, Abdun-Nabi, dll. Ibnu Hazm telah menukil bahwa telah terjadi ijma’ atas haramnya nama-nama ini, kecuali Abdul Muththalib.
e.      Mencela Masa (zaman) saat ada kesulitan atau musibah.
Bagian VIII dampak Tauhid dan Syirik dalam Kehidupan
A.      Dampak Tauhid dalam Kehidupan
1.       Kemerdekaan Manusia
2.       Pembentukan pribadi yang harmonis
3.       Tauhid Sumber rasa aman
4.       Tauhid, landasan persaudaraan dan persamaan
B.      Dampak dan bahaya syirik
1.       Penghinaan martabat manusia
2.       Sarang khurafat
3.       Kezhaliman Besar
4.       Sumber segala kecemasan
5.       Menelantarkan sisi positif manusia
6.       Dampak klemusyrikan di akhirat

__________0o0__________