Akhlak

Ibaratkan AKHLAK itu ialah kopi dan manusia dibaratkan sebuah gelas, maka ketika gelas diisi dengan kopi jadilah ia "segelas kopi" dan jika diisi dengan racun, jadilah ia "segelas racun". Begitu juga dengan manusia, jika diisi dengan akhlak yang mulia, maka jadilah ia seorang yang mulia, begitu juga sebaliknya.

Berbagi Itu Indah, Berbagi itu GUE BANGET

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui(Q.S.At-Taubah:103).

Jalan Dakwah

Jalan ini bukanlah jalan yang ditaburi bunga-bunga harum, bukan jalan yang mudah ditempuh. Namun, jalan ini adalah jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang tidak semua orang bisa menikmatinya dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keistiqamahan.

Ya', Ini Kebutuhan bukan Keterpaksaan

Dan tersenyumlah dengan perjuangan hari Ini, Hari esok akan lebih cerah, PASTI!!!

UKMI Ar-Rahman Unimed

Tempat menempa jiwa, memulai perubahan dan siap menggenggam peradaban untuk hidup umat manusia yang lebih baik. Ini mimpiku kawan!

Senin, 02 Januari 2012

Tentang Harapan

Jika engkau menanyakan aku tentang bagaimana perasaan mu jika hal itu terjadi? Maka aku akan mengelengkan kepala ku, jika kau bertanya lagi, akupun menggeleng lagi, jika kau Tanya lagi, aku akan menggelang lagi, hingga kau lelah bertanya dan hingga aku lelah menggelengkan kepala ini.
Entah kenapa, Rasanya peristiwa itu semakin dekat, semakin dekat dan semakin dekat, dan aku hanya menunggu dengan hati gelisah. Perasaan takut kehilangan, perasaan ingin membiarkannya dengan ikhlas dan entah perasaan apa lagi, yang jelas ini membuatku seakan tak mampu berbuat apapun untuk mencegahnya atau untuk melakukan save yang cepat.
Apakah aku akan siap jika aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi?
Apakah aku akan mampu untuk ikhlas jika aku menyaksikan semua itu?
Apakah aku akan....akan.....akan....akhhhhhh,........
Semuanya membuatku seakan tak berdaya.
Terkadang aku sadar, aku bukanlah orang yang ingin berharap lebih, terkadang aku sadar tujuanku bukan semata-mata karena itu, terkadang aku sadar ada sesuatu yang lain yang lebih baik daripada semua itu, tapi aku tidak mampu menutup kegelisahan kepada diri yang begitu lemah ini.
Pilihan terbaik meski sulit ialah membiarkan semua terjadi, membiarkan ia mengalir bagai arus sungai yang tenang, berusaha menutup kegelisahan serapat mungkin, berusaha membawa kegelisahan menjadi sebuah ketentuan yang harus di jalankan, berusaha menyadarkan jiwa atas segala aturan sang pencipta dan berusaha menghargai dan menghormati takdir.
Namun apalah daya perasaan lemah yang tidak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi, tidak akan bisa membayangkan jika aku sendiri yang menjadi saksi dari peristiwa itu. Karena satu yang pasti, peluangku semakin hari semakin kecil untuk berharap itu tidak terjadi apa lagi berharap itu terjadi sesuai yang aku inginkan.
Apakah ada harapan agar hal itu tidak terjadi atau terjadi dengan save yang sukses aku lakukan?
Harapan masih ada.
Harapan selalu menjadi teman setia perjalanan hidupku.
Dan harapan telah membuatku bersemangat dalam menjalani hariku
Sekecil apapun harapan itu, mudah-mudahan menjadi emas sampai aku sendiri menyadari kalau aku sudah tidak memiliki harapan lagi.

Tetaplah berjuang sampai harapan itu benar-benar sirna!

Jabat Tangan


Pada zaman sekarang, jabat tangan antara laki-laki dengan wanita bukan mahram hampir sudah menjadi tradisi. Tradisi ini mengalahkan akhlak Islami yang mestinya ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada syariat Allah yang mengharamkannya. Sehingga jika salah seorang di antara mereka anda ajak berdialog tentang hukum syariat, dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas, tentu ia akan menuduh anda sebagai orang kolot, ketinggalan zaman, kaku, sulit beradaptasi, ekstrim, hendak memutuskan tali silaturrahim, menggoyahkan niat baik dan sebagainya. Alangkah jeleknya yang mereka katakan.
Ketahuilah wahai saudara-saudariku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda:
“Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits riwayat ath-Thabrani dalam Shahihul-Jami’ hadits no. 4921).
Hadits ini menyatakan bahwa terlarang dan berbahayanya menyentuh wanita (bukan mahram) yang tidak halal bagi kita. Tentunya orang yang berakal sehat mengatakan bahwa jabat tangan dengan wanita bukan mahram adalah suatu bentuk menyentuh yang terlarang.
Dan tidak diragukan lagi hal ini termasuk zina tangan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Kedua mata berzina, kedua tangan berzina, kedua kaki berzina dan kemaluan pun berzina.” (Hadits riwayat Ahmad 1/412; Shahihul-Jami’ 4126).
Suatu ketika ada yang berpendapat “tidak apa-apa salaman dengan wanita bukan mahram asalkan tidak diiringi nafsu”. Kami katakan: “pendapat ini adalah pendapat yang keliru (kalau tidak mau dikatakan pendapat yang batil serta sesat dan menyesatkan)”. Kekeliruan pendapat ini dapat ditinjau dari dua alasan:
1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah melarang kita menyentuh wanita (bukan mahram) yang tidak halal bagi kita. Coba perhatikan sabda Rasulullah: “Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” Dapat kita ambil pelajaran dari hadits ini bahwa Rasulullah melarang kita menyentuh wanita bukan mahram secara mutlak, baik yang tidak diiringi nafsu maupun yang diiringi nafsu. Jadi, tidak boleh bersalaman dengan wanita bukan mahram walaupun tidak diiringi nafsu.
2. Orang yang berpendapat “tidak apa-apa salaman dengan wanita bukan mahram asalkan tidak diiringi nafsu” adalah orang yang merasa hatinya lebih bersih dari hati Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam. Rasulullah adalah orang yang paling bertaqwa dan lebih pandai mengendalikan hawa nafsunya daripada kita, namun beliau tidak pernah berkata demikian. Bahkan beliau Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita”. (Hadits riwayat Ahmad 6/357, dalam Shahihul Jami’ hadits no. 2509). Apakah kita merasa lebih pandai mengendalikan hawa nafsu daripada Rasulullah…???
Nasehat Penutup
Jika suatu ketika kita menemukan seorang muslim yang taat, yang tidak mau bersalaman dengan wanita (bukan mahram) yang tidak halal baginya. Maka janganlah kita berprasangka buruk dan tidak boleh mengatakan bahwa dia ingin memutuskan tali silaturrahim. Hendaklah kita berprasangka baik, bahwa saudara kita itu sedang mengamalkan agama Islam yang telah melarang bersalaman dengan lawan jenis yang tidak halal bagi dirinya.
Kami nasihatkan kepada Saudara-Saudari kami, kaum muslimin dan muslimat agar bertaqwa kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, sehingga kalian memperoleh kemulian dengan Islam. Jika kalian bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka kalian akan hina dan merugi dunia dan akhirat.
Tulisan ini kami tulis sebagai rasa cinta kami kepada kaum muslimin dan muslimat perindu surga, agar kita tergolong ke dalam orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya sehingga terhindar dari naar (neraka) yang penuh dengan berbagai siksaan yang menyakitkan, dan dimasukkan ke dalam jannah (surga) yang berisi berbagai kenikmatan, yang didalamnya mengalir sungai-sungai dan terdapat bidadari yang cantik bermata jeli. Rasulullah bersabda:
“Seandainya salah seorang wanita penghuni Jannah mendatangi penduduk bumi, niscaya ia akan memenuhinya dengan wewangian. Tutup kepala wanita itu lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (HR. Bukhari, hadits no. 2796). Allahu Ta’ala a’lam.
Penulis: Abu Aslam Benny al-Atsary as-Salafy
Rujukan:
1.      Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah yang Shahih.
2.      Kitab Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa, karya Muhammad Shalih al-Munajjid.
3.       Kitab Belalaian Bidadari Di Alam Mimpi, karya ‘Isham Hasanain, terbitan Pustaka at-Tibyan.

http://www.mediamuslim.org/tag/hukum-jabat-tangan

Untuk Ayah Diseluruh Dunia

Tulisan ini disampaikan kepada seluruh ayah di dunia termasuk didalamnya ayah saya sendiri dan juga diri saya yang mudah-mudahan akan segera menunaikan sunnah Rasul untuk menjadi seorang ayah. Harapannya ini dibaca oleh seseorang yang hari ini disebut ayah dan seseorang yang akan menjadi ayah atau bagi semua orang yang sampai saat ini berhubungan dengan ayah atau ia pernah berhubungan dengan seorang yang di sebut ayah.
........
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, sebab Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan harta mereka......(An-Nisa’:34)
Saya yakin semua kita sepakat laki-laki itu lah yang disebut ayah. Saya juga yakin kita semua juga sepakat kalau ayah itulah yang menjadi pemimpin dalam suatu keluarga. Keluargaku, ayah ku yang memimpin. Keluargamu, ayahmu yang menjadi pemimpin dan keluarga dia, ayahnya lah yang memimpin, bukan ayahku juga bukan ayahmu. Atau hari ini aku sudah berkeluarga, maka yang memimpin dalam keluarga itu adalah aku. Atau aku hari ini aku sudah berkeluarga, maka yang menjadi pemimpin dalam keluarga kecilku ini ialah suamiku (kata seorang perempuan yang baru berkeluarga).
Ayah dan pemimpin?
Yang namanya jabatan memang kadang-kadang membuat kita terasa terhormat sehingga kita sombong dan membanggakan diri. Lalu kita bebas melakukan segalanya sesuka kita dan sekehendak hati kita. bebas berbuat apapun dan bebas menentukan apapun. Bebas memberikan kebebasan kepada yang kita pimpin dan bebas memberikan pengekangan dalam bentuk apapun kepada ”rakyat kecil” yang kita pimpin. Itu keliru wahai ayah.
Untuk ayah dan orang-orang yang akan menjadi ayah diseluruh dunia. Jabatan itu bukan atas dasar permintaan kita, bukan pemberian seorang anak dan bukan pemberian seorang istri yang cantik jelita itu. Tetapi jabatan itu merupakan amanah Allah yang Allah berikan sebagai salah satu kelebihan seorang ayah. Maka pertanggungjawabannya pun bukan pada anak, bukan pada orang tua, bukan pada mertua dan juga bukan kepada Istri yang cantik jelita beserta sanak keluarga yang  lain, tetapi pertanggungjawabannya langsung kepada Allah sebagai pemilik alam beserta seluruh isinya .titik
Maka segala bentuk perbuatan dan keputusan yang ayah lakukan semuanya harus bersumber dari tuntunan Allah yang contoh teladannya bisa kita lihat pada ayahnya Fatimah dan saudara-saudaranya yang lain, Muhammad Shallallah ‘Alaihi Wasalam.
Sebenarnya tugas ayah hanya satu, yaitu membawa “rakyat kecil”nya itu menuju syurganya Allah dengan cara apapun atau dengan segala bentuk kebebasan apapun. Meskipun tugas ayah Cuma itu dan didukung dengan jabatan serta kebebasan, cukup banyak fakta hari ini ayah-ayah yang gagal dalam tugasnya. Ayah-ayah yang membiarkan anak-anak dan istrinya menjadi teman dan santapan syaithan terkutuk. Padahal jelas tugas ayah sebagai seorang pemimpin adalah pelindung “rakyat kecilnya” dari syaithan-syaithan itu.
Kesalahan-kesalahan yang hari ini dilakukan seorang anak manusia bisa dikatakan kesalahan ayah, anak durhaka, karena kesalahan ayah, anak merampok, kesalah ayah, anak tidak sekolah, kesalahan ayah, anak tidak pandai membaca Al-Qur’an, kesalahan ayah, anak tidak shalat, kesalahan ayah, anak merokok, kesalahan ayah, anak pacaran, kesalahan ayah, anak bandel, kesalahan ayah, anak suka bohong, kesalahan ayah dan masih banyak lagi hal-hal lain yang anak lakukan karena kesalahan ayah, karena ayahpemimpin, dan pemimpin harus mamp[u menjaga dan memperbaiki semua itu.
Seorang ayah yang bertanggungjawab kepada Allah tentang keluarganya, akan mampu membawa “masyarakatnya” ke syurganya Allah. Hal ini ayah wujudkan dengan menerapkan “Negara islami” dalam keluarganya atau dengan kata lain rumah tangga yang Islami yang didalamnya beranggotakan orang-orang yang berpegang teguh terhadap ketentuan-ketentuan Allah dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Hal ini ayah mulai dengan membentuk dirinya menjadi seorang muslim yang kuat, mulia akhlaknya, berwawasan luas, giat berusaha, selamat akidahnya, benar ibadahnya serta menjaga tata krama Islam dalam segenap kehidupannya. Selanjutnya untuk membentuk suatu keluarga tentunya ayah akan memilih seorang seorang pendamping atau istri yang ideal.
Sabda rasul
Wanita itu dinikahi karena empat unsure utama: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dank arena agamanya. Maka kamu hendaklah memilih wanita yang beragama, agar kamu berbahagia. (H.R.Bukhari)
Firman Allah :
“Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat dan yang berpuasa.” (At-Tahrim : 5).
Rasulullah menganjurkan kepada ayah untuk memilih seseorang pendamping dengan 4 kriteria, namun sangat dianjurkan pada poin ke 4, yaitu karena agamanya. Agama yang dimaksud disini bukan hanya ia harus beragama Islam tetapi mencakup hal-hal lain yang kemudian pendamping tersebut dikatakan sebagai seorang pendamping ideal. Yaitu sebagai mana yang Allah jelaskan dengan Firmannya  Q.S. At-tahrim: 5, yaitu seorang yang lebih baik darinya, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat dan yang berpuasa.”
........
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan ahli warismu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At-tahrim: 6)
Setelah itu ayah di wajibkan membimbing “negera kecilnya” itu sesuai tuntunan syariat. Disana ada istri dan anak-anaknya sebagai rakyat yang mesti di pertanggungjawabkan kepada sang khalik. Dalam tahap ini tugas ayah akan dibantu oleh sang istri yang cantik jelita itu, mereka akan membimbing anak-anaknya untuk mengikuti dan mencintai Islam, mendidik anak-anaknya untuk beriman dan membiasakan mereka dengan melaksanakan ibadah secara disiplin. Sehingga sang anak tersebut mampu menjadi individu baru yang lebih baik dari mereka yang selanjutnya juga akan melanjutkan risalah seperti yang mereka lakukan. Dengan demikian kesinambungan Islam akan dapat dipastikan terjadi, dan tugas ayah untuk membawa “Negara kecilnya” ke syurga akan mampu terlaksanakan dengan sukses.
Setelah itu semua, maka ada kewajiban lain yang mestinya juga tidak dinomor duakan bagi kita, baik itu ayah, ibu atau anak-anaknya, yaitu “memperluas daerah kekuasaan”. Yang dimaksud disini iayalah setelah keluarga Islami itu terbentuk maka selanjutnya harus berusaha untuk mewujudkan masyarakat yang Islami dan seterusnya, dan seterusnya.
Firman Allah
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (Q.S. Ash-Shaff: 10-13).
.........
Sangat indah ucapan seorang istri kepada sang ayah yang hendah keluar rumahnya dipagi hari.
Bertawakkallah kepada Allah dalam urusan kami, janganlah kanda memberi kami makan kecuali yang halal dan baik1.
........
Referensi:
Membina Angkatan Mujahid (Sa’id Hawwa) dan Fiqh dakwah (Syaikh Mustafa Mansyur)
­­­­­­­
1) fiqh dakwah, hal 120